Laman

Selasa, 15 Oktober 2013

Waktu Tidak Bisa Berputar Mundur

Sinar mata hari pagi ini begitu menyilaukan. aku sibakkan korden pada jendela kamarku, dan segera beranjak untuk menyambut datangnya mentari pagi ini.
"tik tok tik tok" suara jam dinding yang terus bernyanyi mengisi kesunyian dipaagi ini. aku lirik jam dinding bulat berwarna merah putih dan jarum menunjuk pada angka 5 dan 11 (pukul 05.55). huft" tenyata masih terlalu pagi untuk berangkat sekolah. akupun berjalan menuju meja belajar mencoba melihat list "APA YANG AKAN AKU LAKUKAN HARI INI?"
aku cermati satu persatu agendaku. hmm, ada sedikit kelonggaran waktu untuk bersantai sore ini. "ting" hah!! , satu ide muncul begitu saja dalam kepalaku. aku akan JJS (Jalan Jalan Sore) ke Malioboro bareng Rere, Asyik!! batinku dalam hati.

 Dengan hati ceria, wajah berbinar dan senang, aku melangkah keluar asrama menuju madrasah yang aku cintai. Tak sabar aku ingin cepat cepat menemui Rere dan mengajaknya JJS. 5 menit serasa 1th menunggu Rere, 10 menit berlalu,........15 menit.........20menit.......lammmaaaaaa banget
"tet,..tet,...tet....." terdengar bel madrasah berbunyi nyaring dan memaksaku untuk segera memasuki kelas. dimana Rere?? kenapa dia belum datang?? batinku, aku heran kenapa Rere belum datang juga, biasanya dia sangat rajin dan pertama memasuki kelas.

 10.00, istirahat....

"Tia, kemana Rere?"
"gak tau Ran, mungkin dia sakit"
"sakit?, kemarin dia masih jalan sama aku, kok tiba-tiba sakit gini, enggak mungkinlah"
"enggak tau Ran, cz dia gak ada diasrama habis pergi sama kamu kemaren"
"oh, yaudah. nanti aku pergi keasramanya aja, makasih Tiy"
"ok, duluan ya Ran"
aku semakin penasaran, kemana perginya Rere?. tak ada seorangpun yang tahu keberadaannya.

pukul 15.00

"tet,..tet...tet..."
 Bel madrasah berbunyi nyaring, semua anak behamburan keluar kelas. aku melangkah menuju Asrama Maymunah, Asramam tempat tinggal rere. kamar pojok, lantai dua nomor 16, itu kamarnya. aku lihat, tak ada tanda tanda keberadaan Rere disana. semua barangnya sudah tertata rapi didalam kardus ditutupi koran seperti orang akan pindah rumah, aku bingung sekaligus heran, apa dia pulang?. tapi kenapa dia pulang?. aku mulai melangkahkan kakiku untuk mencari informasi keberadaannya. ke ustadzah, musyrifah, pamong, teman dekat, bahkan keluarganya.

"Hallo, Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam, dengan siapa ini"
"Buk, ini saya Rani, teman Rere. bisa bicara dengan Rere?"
"Rere??, oh nak mungkin kamu tidak usah menghubunginya lagi setelah ini"
"kenapa buk?" aku kaget
"kamu tidak akan bisa menemuinya lagi"
"kenapa buk? kenapa ibuk tidak mengizinkan saya bertemu dan menghubungi Rere lagi"
"maaf nak, ibuk tidak melarangmu bertemu dengan rere, kalaupun rere ada, ibuk pasti membolehkan dia bertemu sama kamu. tapi, rere sudah tidak ada nak."
" maksud ibuk??" akupun semakin bingung
"Rere sudah kembali bersama Alloh SWT disurga sana hikz hikz hikz.."

Hatiku serasa runtuh mendengar perkataan Bu Vera. air mataku tak bisa aku bendung. pantas saja hari ini tak ada pelajaran sore, tak ada kegiatan sore, semua teman dikelas hari ini terlihat lesu, aku tak menyangka ternyata Rere pergi begitu saja. dan aku tak menyadarinya.

"Tia, kenapa kamu tidak memberi tahuku?"
"apa Ran, kalo ngomong yang jelas. jangan sambil nangis gitu"
"gimana aku ngak nangis kalo sahabatku enggak bisa ketemu sama aku buat selamanya?? hah!"
"siapa ran??"
"heh! jangan sok nenangin dan enggak ngasih tahu aku. aku udah tahu semuanya, kalo rere ternyata udah enggak bisa ketemu sama kita lagi. rere udah meninggal kan??!"
"ka ..ka..kamu udah tau Ran?, maafin aku Ran, aku enggak tega ngasih tahu kamu, aku takut kamu bakalan sedih dan nangis kayak gini"
"iya, gak papa, sekarang tolong anterin aku kerumah rere!"

Makam Rere......

Aku tak kuasa menahan airmataku yang terus mengalir. aku menyesal, kalau saja aku tahu dia akan pergi secepat ini, pastilah aku bakalan ngasih semua yang dia pengen aku bakalan nurutin apa yang dia mau. tapi, waktu tidak bisa berputar, waktu tidak bisa mundur, biarlah semua ini berlalu, biarlah kenangan kita menjadi sejarah, yang terpenting sekarang hanya mendoakannya.

re, maafkan aku yang belum bisa menjadi sahabat terbaikmu, tapi setidaknya kita menjadi sahabat baik, maaf aku kurang mengerti keberadaanmu maafkan aku re, semoga kamu bahagia disana, dan semoga kita bisa bertemu lagi suatu hari nanti 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar